Senin, 30 Agustus 2010

KEBANGKITAN ISLAM HARAPAN PERADABAN MANUSIA MODERN

oleh: Dr. dr. H. Achdiat Agoes, Sp.S

الله أكبر الله أكبر الله أكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لاإله إلاالله الله أكبر الله أكبر و لله الحمد
الحمدلله الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ...
أشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد و هوعلى كل شيء قدير...
وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله  لا نبيّ بعده سيدنا ومولى نا خاتم النبيّين...
أللهم صلّي على محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين...
قال الله تعالى في كتابه الكريم:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ) سورة آل عمران: ١٠٢(
وقال أيضا:
﴿ لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ )سورة البقرة: ١٧٧(

Para hadirin sidang jamaah shalat Iedul Fitri rahimakumullahu,

Pada pagi hari ini diseluruh penjuru dunia, di seluruh pelosok tanah air, jutaan kaum muslimin memenuhi lapangan-lapangan dan masjid-masjid untuk memenuhi perintah Allah SWT untuk shalat berjamaah Shalat Iedul Fitri.
Di awal hari yang insya Allah cerah ini segenap ummat Islam menyerukan takbir dan tahmid merayakan hari kemenangan setelah mampu berqurban dan berperang melawan hawa nafsu, melawan  keinginan diri sendiri. Suatu peperangan yang oleh Rasulullah saw sendiri dilukiskan sebagai suatu peperangan yang lebih berat dan lebih besar dari pertempuran di Perang Badar. Tersebutlah ketika Nabi Muhammad saw bersama para sahabat kembali dari peperangan di Badar beliau berseru bahwa, “…..Kita kembali dari suatu pertempuran menuju peperangan yang lebih besar….” Para sahabat bertanya, “Yaa Rasulullah,, adakah kiranya peperangan yang lebih besar dari Perang yang telah kita hadapi tadi?”  Rasulullah saw menjawab, “Yaa…. ada yaitu perang melawan hawa nafsu….”

Tidak jemu-jemunya setiap shalat Iedul Fitri kita mengingatkan diri kita masing-masing betapa pentingnya selalu ingat kepada Allah SWT. Melawan kepentingan-kepentingan diri pribadi yang sarat dengan kebutuhan sesaat dan bersifat duniawiah.

Untuk dapat mencapai keadaan tersebut dapat melalui sarana berpuasa sebulan penuh selama bulan sauci Ramadhan secara benar-benar patuh sebagaimana difirmankan Allah swt dalam surah Al Baqarah ayat 183:
yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan pada umat-umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Sehingga setiap shalat Iedul Fitri kita terpanggil untuk merenungkan perjalanan kehidupan kita yang telah berjalan belasan tahun bahkan mungkin puluhan tahun kita menapak segala bentuk rutinitas pekerjaan yang kadang kala karena kedhaifan dan kelemahan kita,  menyebabkan kita telah menerjang nilai-nilai moral yang akhirnya menghukum kita dengan tercerabutnya nilai-nilai moral dari berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر  و لله الحمد
Dengan berpuasa kita menjadi takwa. Apakah sesungguhnya takwa? Dan bagaimana caranya kita memelihara takwa tersebut?

Taqwa adalah sebagaimana digambarkan oleh Sayidina Umar ibn Chattab ra, adalah bagaikan orang yang berjalan dengan sangat hati-hati karena di kanan kiri jalan yang dilaluinya itu tersebar duri yang dapat mencocok kakinya. 
Artinya adalah sangat berhati-hati.
Maka, bertolak dari pengertian yang sedemikian itu, salah satu cara yang dapat memelihara takwa yang sudah dengan susah payah kita peroleh melalui sarana berpuasa secara penuh adalah dengan menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan hidup dan sunnah Rasulullah saw sebagai penuntunnya.
Ayat-ayat dalam Al Qur’anul Karim memberikan pengajaran kepada kita tentang taqwa dan cara bagaimana mewujudkan taqwa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Melalui suatu ajaran melaksanakan kebajikan untuk orang seorang, masyarakat luas, bahkan untuk bangsa dan negara, sebagaimana disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 177 :
  
yang artinya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat itu suatu kebajikan akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir  (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S 2:177).

Menghadapkan wajah ke arah timur dan ke arah barat menurut Ibnu Katsir adalah suatu gambaran menganggap baik nilai-nilai yang datang dari arah timur dan barat apakah itu Yahudi ataupun Nasrani (termasuk isme-isme lain), sedangkan yang baik disisi Allah adalah pertama, beriman kepada Allah swt sebagaimana digambarkan dalam Surah Al Baqarah ayat 177 tersebut.

Beriman kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya. Itulah inti tauhid. Dan beriman kepada hari kemudian hari akhir yang berarti mengakui akan bertemu dengan Allah untuk mempertanggung jawabkan segenap aktifitas kehidupan di dunia yang fana ini.

Beriman kepada malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, nabi-nabiNya. Karena dengan perantaraan malaikat, nabi dan kitabNya lah kita mempunyai pegangan dan pengertian. 

Kemudian membelanjakan harta yang dicintai meskipun masih mempunyai kebutuhan yang bermacam-macam; tetapi didorong keinginan untuk beriman kepada Allah SWT dan menegakkan perintahNya, lalu membelanjakan harta tersebut baik berupa zakat, infaq maupun shadaqah. Apakah untuk digunakan orang dekat kaum kerabat, menyambung tali silaturrahim yang mungkin sudah lama tidak tersambung, anak yatim, kaum miskin, orang-orang rantau yang terlantar, dan memerdekakan hamba sahaya yang harus dipandang secara luas sebagai bentuk penciptaan dan penyediaan tenaga kerja yang seluas-luasnya. Suatu hal yang sudah diterapkan di beberapa negara maju tetapi selama hampir enam dekade negara yang kita cintai ini merdeka, belum pernah dapat di programkan apatah lagi diwujudkan santunan untuk kaum yang tidak mempunyai pekerjaan tetap.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر  و لله الحمد

BUKTI-BUKTI KEGAGALAN
ISME-ISME LAIN

Kerusakan bumi dan hancurnya kelestarian hutan adalah tidak lain akibat faham sekuler yang mereka berpendapat kehidupan itu hanyalah kehidupan di dunia saja sebagaimana disinyalir oleh Al Qur’an surah Al Jatsiyah 24:

“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini  tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja” (Q.S 45:24).

Betapa banyaknya orang yang tenggelam dalam hiruk pikuk kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akhirat. Lupa bahwa sesungguhnya kehidupan dunia adalah senda gurau belaka dan kehidupan akhiratlah sebenar-benarnya kehidupan yang akan menjadi tujuan kita sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 212:

Artinya :
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas“ (Q.S 2:212).
Atau orang-orang yang menyangka sama saja bagi mereka apakah berbuat jahat atau berbuat baik, Sebagaimana dilukiskan dalam ayat:
 
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu” (Q.S 45:21).

Sudah banyak bukti-bukti bahwa ayat-ayat Al Qur’an memberikan pengajaran bagaimana kita harus menghadapi kehidupan dunia ini.

Salah satu diantaranya adalah dengan perintah Allah swt dalam S. Al Hujurat bahwa, Allah menjadikan manusia berbangsa-bangsa untuk saling mengerti:

“Hai manusia. Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seroang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan suku-suku bangsa.supaya kamu saling mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa (memelihara diri dari kejahatan). Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dan Mengerti.” (Q.S. 49:13).
Dan ini kemudian menjadi dasar Declaration of Human Rights.

Kemudian dalam S. Al Insyirah ayat 5-6:
yang artinya:
“Karena sesungguh-nya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan“ (Q.S 94:5-6).
Mudah-mudah Allah SWT memelihara taqwa kita dan memberikan kemudahan bagi kita untuk memahami Al Qur’an, serta menjadikannya sebagai pegangan hidup.
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات وذكر الحكيم أقول قول هذا وأستغفر الله ولكم إنّه هو الغفور الرحيم

أللهم اغفرلنا ولوالدينا وارحمهم كما ربونا صغارا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

"Yaa Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."

Ya Allah jadikanlah kami bangsa yang besar yang terbaik sebagimana janjimu:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(Q.S Ali Imron:110).

“Ya Allah jadikanlah negeri kami kembali menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur“.
Amin. Yaa.. Rabbul ‘alamin.***

Blogger Tips - Get This Gadget

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates